Waketum PB SEMMI: Kami Beri Apresiasi Setinggi-tingginya ke Presiden

Waketum PB SEMMI, Sandri Rumanama: Kami Beri Apresiasi Setinggi-tingginya ke Presiden
Waketum PB SEMMI, Sandri Rumanama: Kami Beri Apresiasi Setinggi-tingginya ke Presiden

AKURAT News - Pernyataan Presiden Prabowo Subianto terkait proyek Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) mendapat apresiasi penuh dari tokoh pemuda Sandri Rumanama.

Direktur Haidar Alwi Institut ini memberikan apresiasi penuh atas sikap presiden Prabowo Subianto sebagai kepala negara.

Presiden sebelumnya menegaskan bahwa proyek KCIC akan menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia.

“Saya sudah katakan, Presiden Republik Indonesia yang ambil alih tanggung jawab. Jadi tidak usah ribut, kita mampu. Dan kita kuat,” ujar Presiden Prabowo Subianto sesaat meresmikan Stasiun Tanah Abang, Selasa, 4 November 2025.

Menanggapi hal tersebut, tokoh pemuda Sandri Rumanama, menyampaikan apresiasi penuh kepada Presiden atas sikap kepemimpinan yang memiliki karakteristik yang kuat dan berani mengambil tanggungjawab penuh atas persoalan kenegaraan.

"Pernyataan presiden soal woosh menunjukan sikap kepemimpinan dan karakteristik yang kuat" ujar Sandri Rumanama, Rabu, 5 November 2025.

"Seorang pemimpin harus berani mengambil resiko atas semua persoalan yang ada, kami bukan hanya salut tali bangga dan memberi apresiasi setinggi tingginya ke pak presiden" ucap Sandri.

Wakil ketua umum Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PB SEMMI) Serikat Islam ini mengajak semua komponen masyarakat agar dapat memahami pernyataan Presiden sebagai bentuk tanggung jawab kepala negara dalam menjaga kehormatan negara di mata dunia internasional.

"Ini persoalan harga diri bangsa ini, menjadi tanggungjawab bersama dan harus kita pahami pernyataan Presiden menunjukan sikap kenegaraan beliau menjaga martabat bangsa ini dimata dunia internasional" papar Sandri.

Sandri menjelaskan KCIC merupakan kontrak kerja sama bilateral antara negara yang mengharuskan penyelesaian persoalan ini bukan hanya kepada pihak yang mengelola semata namun negara harus bersikap atas persoalan ini.

Iya menjelaskan sikap Presiden sudah benar, sebab jika skema business to business (B to B) harus saling menghormati karena menyangkut reputasi Indonesia dalam kontrak investasi internasional.

"Jangan karena persoalan ini kita kehilangan kepercayaan dan investasi di negara negara mitra kita" ujarnya.

“Sebagai kepala negara dan pemerintahan, tentu saja presiden mengambil sikap yang benar, menghormati keputusan dan skema kerjasama yang ada jangan karena persoalan ini kita kehilangan kepercayaan investasi dimata dunia internasional, terutama negar negara mitra dagang strategis kita" ungkapnya.***

Penulis: Ahmad Ahyar
Editor:Redaksi

Baca Juga